Tempayan Kubur

Tempayan kubur merupakan penguburan sekunder. Yang mana rangka dan tulang manusia yang meninggal dunia dikubur ke dalam wadah berupa tempayan atau guci. Tempayan ini kemudian dikubur bersama bekal kubur.
Menurut penelitian Solheim, tradisi gerabah di Indonesia mendapat pengaruh dan tradisi gerabah yang berkembang di Asia Tenggara, yaitu tradisi gerabah Sa-Huynh-Kalanay dan tradisi Bau Melayu.

Tradisi Sa-Huynh-Kalanay terutama berkembang di daerah Sa-Huynh (Vietnam) dan Kalanay (Filipina). Sedangkan tradisi Bau Melayu terutama berkembang di Malaysia Timur, Filipina, Cina Selatan, Vietnam Utara, Taiwan, dan Indonesia. Kedua tradisi ini dibedakan menurut pola hias dan cara pembuatannya.

Ragam hias Sa-Huynh juga ditemukan di Thailand, Taiwan, Filipina dan Indonesia. Hal tersebut menunjukkan adanya hubungan dagang antara penduduk Sa-Huynh dan tetangganya di Asia Tenggara, baik dengan melalui jalur darat maupun dengan melalui jalur laut.

Hingga sekarang, kebudayaan Sa-Huynh yang diketahui kebanyakan dari penemuan kubur tempayan (jenazah dimasukkan di dalam tempayan besar) dan penguburan ini merupakan adat kebiasaan yang mungkin dibawa oleh orang-orang Cham pertama ke Indonesia.

Secara umum, penguburan dalam tempayan ini bukan khas kebudayaan Dongson atau budaya lain yang sezaman di daratan Asia Tenggara, diduga merupakan pengaruh yang bersumber dari kebudayaan Cham.

Penemuan kebudayaan Sa-Huynh terdapat di daerah pantai mulai dari Vietnam tengah ke selatan sampai ke delta Lembah Sungai Mekong. Kebudayaan dalam bentuk tempayan kubur yang ditemukan di Sa-Huynh termasuk tembikar-tembikar yang berhasil ditemukan itu memiliki hiasan garis-garis dan bidang-bidang yang diisi dengan tera tepian kerang.


Sumber: 

https://www.sejarah.id/2017/06/alat-apeninggalan-zaman-batu-2.html?m=1

https://hasilcopa.com/hasil-kebudayaan-dongson-dan-sa-hyunh-yang-tepat-ditunjukkan-oleh-pilihan

Pages